stop bullying

Sekolah Anti Bullying (Part 1)

KPAI mencatat dalam kurun waktu 9 tahun dari 2011 sd 2019 ada 37.381 pengaduan kekerasan terhadap anak. Un
tuk kategori tindakan bullying angkanya mencapai 2.473 laporan dan trennya terus meningkat. Bahkan di februari 2020 Komisioner KPAI bidang hak sipil dan partisipasi anak merilis data yg sangat miris ada siswa dari salah satu sekolah yg mengalami tindak kekerasan sampai jarinya harus diamputasi dan seorang siswa yg ditendang sampai meninggal dunia. Hal ini menjadi gambaran ekstrim dan fatal sebuah akibat dari tindakan bullying di sekolah. Menyedihkan !!!

Fenomena ini membuka mata kita para orang tua bahwa tindak kekerasan menjadi satu model penyelesaian masalah bagi siswa di sekolah. Bahkan untuk sekolah IT atau pondok pesantren pun hal ini bisa terjadi, bahkan sangat bisa terjadi. Kalau tidak ada laporan , bukan berarti sekolah tersebut tidak ada perilaku bullying, bisa jadi salah satu dari 3 kemungkinan. Kemungkinan 1 memang tidak ada kejadian, kemungkinan 2 ada tapi dianggap biasa seperti becandaan padahal itu bullying, atau bisa jadi kemungkinan yg ke 3 pengajarnya tidak mengetahui apa bullying tersebut, sehingga tidak bisa mendeteksi secara dini munculnya perilaku tersebut di sekolah.

Maka pada titik ini, sekolah penting mempunyai perangkat untuk mengetahui apa itu bullying, sebab musababnya, pencegahan dan penatalaksanaannya agar supaya bisa mendeteksi secara dini, dan kalau sdh terpapar bisa segera mengatasi dengan teknik yang baik dan benar.

BULLYING…. TIDAK BOLEH DIANGGAP REMEH !!!
to be continued…..

Penulis :
Asis Muslimin, S.Psi., M.Psi., Psikolog
(Ketua Yayasan Sina’atul Hayah Almadaniyah, Psikolog RSO Dr. Soeharso Surakarta)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *